Ini adalah kisah tentang dua ekor katak. Alkisah, ada dua katak jatuh ke dalam sekaleng es krim. Sisi-sisi kaleng itu mengkilap dan curam, sedangkan krimnya begitu dalam dan dingin. Dua katak tersebut terjebak di dalamnya dan kesulitan untuk keluar dari kaleng.
“Oh, bagaimana ini?’ kata katak yang pertama. “Ini takdir, tidak akan ada
pertolongan. Selamat tinggal, sahabatku! Selamat tinggal, dunia yang
menyedihkan!” ungkapnya lagi sambil menangis dan akhirnya tenggelam.
Akan tetapi, katak kedua yang juga terjatuh kaleng es krim itu langsung
mengayuhkan kakinya untuk berenang. Sesaat ia menyeka wajah dan mengeringkan
matanya yang penuh es krim.
“Paling tidak, aku akan berenang sejenak,” katanya. “Tidak akan membantu
dunia jika satu katak lagi mati.”
Satu sampai dua jam dia menendang dan berenang sekuat tenaga, tidak
sekalipun ia berhenti untuk mengeluh. Ia terus menendang dan berenang serta
berenang dan menendang. Kayuhan kaki si katak kedua ini, akhirnya membuat es
krim yang ada di dalam kaleng tersebut lambat laun mulai mengeras. Setelah es
krim itu mulai berubah seperti mentega, katak itu pun lalu melompat.
Begitulah kisah kedua tersebut. Satu hal yang membedakan dua katak dalam
kisah di atas adalah cara pandang mereka terhadap dunia di sekelilingnya dan
bagaimana mereka bersikap terhadap hambatan yang terjadi.
Bila kita telaah lebih dalam, sesungguhnya hanya lewat cara pandang yang
positif seseorang dapat menyelesaikan pekerjaannya dengan baik. Orang yang
memiliki cara pandang positif pada umumnya sangat alergi dengan urusan pamrih
atau imbalan. Baginya, menyelesaikan pekerjaan adalah the way of life (cara hidup) dan bukan how to life (bagaimana hidup)
Stephen Covey berkata, “Ketika kita
memandang permasalahan dan beban itu berasal dari diri kita, justru pada saat
itu sebenarnya kitalah yang sedang bermasalah.” Sedangkan pepatah Cina
menyatakan, “Daripada mengutuk kegelapan,
lebih baik ambil sebatang lilin dan nyalakan.”
Sumber: Half Full – Half Empty
by Parlindungan Marpaung
0 comments:
Posting Komentar