"Kau harus banting setir!" Paksa Mona dulu saat kebersamaan begitu lekatnya. Elok."Tapi aku sudah memilih, Mon. Sesuatunya sudah kuendapkan dalam pikiran. Ayolah...ini tak sepelik yang kau angankan. Kita masih bisa berlama-lama merenda persahabatan, tanpa merasa terganggu dengan keberadaan Mas Yusro. Berpikirlah sederhana saja. Ada pertimbangan lain yang membuatku dan orang tuaku mengambil langkah itu." Aku merengeknya untuk tak mempermasalahkan kedekatanku dengan Mas Yusro. Bahwa kesiapan perkawinan tak mesti dipandang dari materi. Ada hal-hal lain yang perlu dipertimbangkan. Bukan melulu harta, apalagi pangkat jabatan. Dan itulah yang memicu perdebatan panjangku dengan Mona, sahabat terdekatku semenjak SD, juga TK. Serta tetangga yang terbaik."Jadi kau lebih mempercayainya yang baru satu...